Pandemi global Covid 19 telah memakan banyak korban berjatuhan belum lagi dampak destruktifnya pada ekonomi dunia. Tapi krisis juga bermakna terbukanya peluang karena krisis kali ini mengakibatkan Bank Sentral di seluruh dunia melakukan penciptaan likuiditas terbesar sepanjang sejarah. Berlimpahnya likuiditas kali ini juga memicu terjadinya Secular Bull Market, yang disebut sangat memberikan peluang terbaik di pasar modal, terutama pada saat menjelang berakhirnya pandemi.
Bull market merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dan kondisi perkembangan di pasar saham, di mana nilai atau harga saham mengalami tren naik atau menguat. “Pandemi covid 19 menyebabkan risiko luar biasa, namun gara gara Covid 19 juga, tercipta salah satu peluang yang tidak akan bisa kita temui lagi hingga bertahun tahun mendatang. Jadi menjelang berakhirnya pandemi ini merupakan peluang terbaik yang belum pernah terjadi untuk dengan terjadinya Secular Bull Market di Bursa Saham Amerika termasuk Bursa Efek Indonesia, berdasarkan studi intermarket analysis yang saya lakukan,” ucap Hary Suwanda, CSA, penulis buku “Mengungkap Rahasia Bull Market Terhebat Sepanjang Sejarah” saat peluncuran dan diskusi buku ini secara virtual, Jumat (13/8/2021) malam.
Peluncuran dan diskusi buku terbitan Elex Media Komputindo menghadirkan tiga pembahas yaitu Arwani Pranajaya, SE, Ak, MSc, Haircut Committee member KPEI dan komisaris Independen PT Surya Fajar Investama; Zipora Trie Wardhani Obaja, MBA, Presiden of BNI Grow Jakarta dan founder www.temansharing.com; dan Hendra Martono Liem, CEO & Founder ARA Hunter Trading System, pencipta Aplikasi Quantitative Trading T1ARA &T1MO. Hadir juga Vincentius Sugeng Hardojo Manager Departemen Nonfiksi Penerbit Elex Media Komputindo memberikan sambutan sekaligus meluncurkan buku bersama Hary Suwanda. Menurut Hary, Bull Market selalu tercipta menjelang berakhirnya krisis hebat di Amerika Serikat (AS), dan akan terjadi saat ini menjelang akan berakhirnya pandemi.
Hary membandingkan besaran stimulus moneter The Fed di tahun 2020 dengan Quantitative Easing 2008–2013. Di tahun 2008–2103, QE yang dilakukan The Fed tidak serempak dilakukan bersama sama dengan Bank Sentral lainnya di seluruh dunia. Tidak pernah tersedia likuiditas dalam jumlah berlimpah seperti sekarang ini. Memang benar ada banyak bisnis yang menderita akibat Covid 19, namun sebagaimana pepatah yang mengatakan “There is always a bull market somewhere”, pada krisis kali ini juga menunjukkan bahwa tidak semua bisnis menderita akibat Co vid 19. Zoom Video Communications (Nasdaq: ZM) misalnya, justru bertumbuh pesat akibat Covid 19. Mulai dari rapat bisnis, sekolah, kursus, beralih dari café, ruangan kelas, ke Zoom Meeting (ZM), online dari rumah masing masing. Sejak awal tahun 2020, saham Zoom dibuka pada level USD68,80 per lembar saham.
Pada tanggal 19 Oktober 2020, ZM menyapai titik tertinggi di level USD588,84 per lembar saham. Gain sebesar 755,87% dalam jangka waktu kurang dari 11 bulan! Buku ini, menurut Hary, bukan membahas tentang Bursa Saham Amerika, namun ada beberapa fakta penting sehubungan dengan Bursa Saham Amerika yang menjadi dasar analisis guna menjelaskan fenomena yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. “Tahukah Anda, ada berapa bursa saham di Amerika Serikat? Jangan perhitungkan bursa derivatif, melainkan khusus hanya bursa saham saja.
Banyak orang yang menjawab Dow Jones, S&P500 dan Nasdaq. Itu semua adalah indeks saham seperti IHSG, LQ45, ataupun Kompas 100, bukan bursa saham,” katanya. Dikatakan, pada saat buku ini ditulis ada 13 bursa saham di Amerika Serikat, lima dimiliki oleh Intercotinental Exchange (Pemilik NYSE), empat dimiliki oleh CBOE Global Markets, tiga dimiliki oleh Nasdaq, dan satu dimiliki oleh IEX Group. Dua dari 13 bursa saham tersebut adalah bursa saham terbesar dunia, yakni NYSE (New York Stock Exchange) dan Nasdaq. Keduanya terletak di Kota New York.
Nilai total kapitalisasi pasar NYSE adalah USD25 triliun, atau Rp350 kuadriliun, jika menggunakan kurs USD1. = Rp14.000, . Angka ini tentunya hanya NYSE saja, tidak termasuk Nasdaq. Nilai total kapitalisasi pasar Nasdaq adalah USD17,2 triliun atau Rp240,8 kuadriliun.
“Harap diperhatikan perhitungan ini belum termasuk bursa bursa lainnya dan tidak melibatkan bursa derivatif. Berdasarkan data yang saya himpun dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, nilai kapitalisasi pasar IHSG per tanggal 26 November 2020 adalah sebesar Rp 6.694 triliun. Sekarang coba perhitungkan, jika 1% saja market cap dari kedua Bursa Saham Amerika tersebut mengalir ke IHSG kira kira Anda bisa bayangkan apa yang terjadi? Fakta di atas membuat saya tertarik mempelajari negara tempat kedua bursa saham di atas, yakni Amerika Serikat secara lebih mendalam khususnya bidang ekonomi dan keuangan karena berpengaruh juga kepada ekonomi kita,” sambungnya.
Vincentius Sugeng Hardojo menyebut, buku “Mengungkap Rahasia Bull Market Terhebat Sepanjang Sejarah” menambahkan deretan buku buku tentang investasi saham yang diterbitkan Elex Media Komputindo, dan berharap bisa menjadi best seller mengikuti buku buku sebelumnya. Dikatakan, buku tentang investasi saham yang diterbitkan Elex Media Komputindo lumayan banyaknya ada 40 50 judul. “Dari data yang ada pada kami dari top 20 judul terbaik di section bussiness dan self improvement 13 judul diantaranya adalah buku buku tentang investasi saham.
Jadi buku investasi saham menguasai 60 persen, dan section business dan self inprovement ini salah satu unggulan di Elex Media,” ucap Vincentius Sugeng Hardojo. Zipora Trie Wardhani Obadja, MBA, menyebut dalam buku Mengungkap Rahasia Bull Market Terhebat Sepanjang Sejarah, Hary Suwanda mengupas dengan clear dan bahasanya mudah dimengerti oleh semua kalangan tentang fenomena secular Bull Market. “Melalui pendekatan studi intermarket analysis yang sangat berguna dalam menngidentifikasi aliran dana investasi global yang mengakibatkan terjadinya Bull Market terhebat sepanjang sejarah. Inilah kehebatan seorang Hary Suwanda yang mungkin sulit ditemukan di penulis lainnya,” kata Zipora, Life, Wellness, Leadership and Intuitive Coach, President of BNI Grow Jakarta founder TemanSharing.com.
Sementara Arwani Pranajaya, SE, Ak, MSc mengatakan, membaca buku ini benar benar diajak memahami ‘Rahasia Bull Market Terhebat’ secara komprehensif. Hary Suwanda sebagai penulis, dengan dedikasinya yang luar biasa mengumpulkan informasi informasi yang terserak, lalu menguliknya satu persatu, lewat pisau analisisnya yakni pendekatan intermarket, yang kebetulan digeluti Arwani Pranajaya sejak 2007 lalu. “Kupasannya dimulai semenjak Great Depression hingga kasus pandemi Covid 19. Bukan saja itu yang ditulis, akan tetapi ada pesan yang disampaikan di akhir buku ini tentang: Investasi waktu, sungguh bernas,” sebut Arwani yang adalah Haircut Committee member KPEI, dan Komisaris Independen PT Surya Fajar Investama. Semuanya ini mengingatkan Arwani pada pesan yang pernah disampaikan oleh Larry Summers, mantan Menteri Keuangan AS, bahwa Kebijakan Stimulus itu memiliki karakteristik triple T (Timely, Temporary, and Targeted).
“Pembaca akan lebih memahaminya nanti lewat risalah ini. Rekomendasi saya beli dan baca!” ucap Arwani.